Selasa, 09 November 2010

IBU

Ibu….
Ibu.. ibu selalu mengharapkan jika anaknya kelak dewasa ia bisa melihat senyuman yang terpancar dari bibir mungil anaknya.. ibu selalu menangis pabila ia solat di waktu malam ia selalu bertanya dalam hatinya, apa kabar anakku seminngu ini,? Ibu ..diwaktu kecil ibu sering mengajak kita pergi menemaninya walaupun hanya kepasar, ibu mengajak kita ,membawa kita ketempat kerjanya hanya karena takut anaknya akan merasa kesepian dirumah. Hingga waktu anaknya mulai dapat berbicara dengan lancar ibu sangat senang, ibu rela mengantarkan anaknya kesekolah yang letaknya cukup jauh dari rumah, ibu rela menggendong ananknya walaupun ibu tahu anaknya sudah dapat berjalan sendiri. Hampir setiap pulang kerja ibu membawakan makanan walaupun hanya sebatang coklat. Tahun demi tahun pun anaknya makin bertambah besar dan dewasa. Anak yang tadinya masih mampu untuk ia gendong kemana saja, sekarang sudah tak mungkin,.anakku sudah kuat sekarang,.. Anaknya selalu telat pulang kerumah, padahal ibu sudah memasak masakan kesukaan anaknya, namun sang anak hanya bisa berkata,”Aku lelah bu, dan aku sudah makan diluar tadi”. Ibu pun hanya tersenyum, dan menutup pintu kamar anaknya yang ia berharap anaknya dapat berubah pikiran dan mau mencicipi walupun hanya sedikit dari masakan yang ia buat. Ibu selalu khawatir saat anak perempuannya belum pulang sampai larut malam dari pesta ulang tahun teman anaknya, ibu menangis saat anak lelakinya pulang dengan keadaan mabuk. Saat anaknya sakit, ibu selalu bergegas pulang walaupun banyak kerjaan yang menunggunya esok hari. Ibu tak ingin anaknya merintih kesakitan, ibu tak pernah ingin anaknya menagis memanggil nama ibunya saat ibunya tak ada disampingnya. Bahkan saat anaknya terkena penyakit yang parah ibu pun rela memberikan organ tubuhnya demi kelangsungan hidup anaknya. Ibu selalu ingin anaknya dapat dibanggakan, bahkan diwaktu kecil ibu tersenyum ketika anaknya pulang dan berkata “Mereka tak ingin main denganku bu”. Dan ibu menjawab”mereka pasti akan menyesal karena tak mengajak anak ibu main bersama-sama”. Ibu tak pernah marah ketika anaknya selalu membantah perkataannya, ibu hanya berharap anaknya dapat menyadari kesalahannya. Saat anaknya pergi marantau ibu terharu dan berkata dalam hatinya “anakku sudah besar,ia sudah bisa memilih jalan hidup nya sendiri dan pergi dari dekapan ku”. Namun saat anaknya sudah hilang dari pandangannya ibu pun hanya dapat terdiam dan sesekali meneteskan air matanya.walupun ibu merelakan anaknya pergi namun ibu masih saja bediri berharap anaknya akan kembali walupun hanya memeluk dan menciumnya sebentar. Namun sayangnya anaknya tak kunjung turun dari kendaraan yang membawanya pergi. Dengan hati yang ikhlas ibu pun melambaikan tangan nya dan seraya berkata “Hati-hati nak, ibu akan menunggumu pulang dan memasakkan masakan yang kamu sukai,jaga dirimu nak”. Lambaian ibu pun semakin melambat saat ia tak juga melihat anaknya menengok kearahnya dan berharap anaknya tersenyum untuk terakhir kalinya padanya. Hari demi hari ibu jalani dengan kerinduan yang mendalam untuk anaknya. Ibu mengirimkan surat untuk anaknya dan berkata”ibu merindukanmu,ibu sangat rindu saat ibu melihat ada anak lelaki yang mengantarkan ibunya pergi, ibu juga sangat rindu saat ibu pergi berbelanja dan ibu melihat anak perempuan membantu ibunya membawakan sayuran yang akan dimasak bersama anak perempuannya nanti”, ibu sangat merindukanmu.”. harapan ibu atasa balasan surat pun tak juga dating, anaknya terlalu sibuk dikota sana. Anaknya pun tak sempat mebalas surat dari ibu. Namun ibu tak juga lelah menanti balasan anaknya, walaupun balasan itu tak juga datang, hingga akhirnya ibu tak kuasa lagi menahan kerinduannya. Ibu pun pergi menjenguk anaknya. Namun sampai disana anaknya hanya berkata “untuk apa ibu datang kesini?” aku masih sibuk bu”. Ibu hanya menahan tangis dalam hatinya. Ibu jauh-jauh dari kampung hanya untuk melihat keadaan anaknya namun sesampainya disana ibu ditingglkan anaknya yang lebih memilih berkumpul dengan teman-temannya. Namun ibu tak ingin anaknya malu karena ibu datang dari jauh. Ibu memutuskan untuk pulang. Dan meletakkan sepucuk surat diatas meja kamar anaknya. Dan untuk kesekian kalinya ibu kecewa, namun ibu adalah ibu, ibu nomer satu didunia. Ibu adalah ibu selamanya ia adalah ibuku. Saat membaca surat dari ibu, anaknya tak pernah menyagka kalau itu adalah surat yang ibu buat untuk terakhir kalinya. Karena ibu sudah dipanggil sang khaliq mendekap dekat-Nya. Dan hanya dari surga yang indah ibu dapat tersenyum melihat dan memastikan anaknya baik-baik saja dan tetap berkata”ibu menjagamu dari sini nak, jaga dirimu baik-baik,jadilah anak yang dapat dibanggakan oleh semuanya, ibu sangat menyayangimu”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar